Delicious LinkedIn Facebook Twitter RSS Feed

Pintu gerbang

Kita sering membicarakan tentang kedatangan dan kepergian. Aku menemukan sebuah tanda dari tempat kita pergi dan datang.

 

Namanya Gerbang.

 

Gerbang kedatangan, sebagai sebuah simbol dari penerimaan seseorang yang biasanya terbuat dengan bahan-bahan yang terbaik, dengan tulisan-tulisan yang megah, dan dengan semua ornamen yang selalu dianggap tidak biasa, unik, menarik, mudah dibaca, simpel, seperti ingin menciptakan kesan dari pandangan pertama.

 

Hampir persis manusia, yang berpenampilan menarik, unik, dan memiliki ciri khas hingga mampu menghasilkan kesan yang jelas dalam satu jabatan tangan. Dengan kemampuan yang dipoles dari pengalaman sebelum-sebelumnya, mereka belajar dengan cepat, dan beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan yang selalu berkembang, lalu menciptakan sebuah sikap yang baru yang siap di implementasikan. Selalu akan jadi seperti itu.

 

Tapi tetap saja ada gerbang kepergian. Seharusnya sebagai simbol penghargaan, simbol dari ucapan terimakasih yang tidak akan berakhir, walaupun hanya sebuah tulisan dan tidak terlalu penting, gerbang kepergian, adalah hal yang akan kau inget untuk terakhir kalinya kau bersama. Seperti sebuah kesimpulan dari perjalanan selama ini. Terimakasih. Selamat jalan. Sampai jumpa lagi. Dan sayangnya, sepertinya kurang ada yang memahami pentingnya gerbang kepergian ini memiliki kekuatan yang hebat, sehingga lebih banyak ucapan selamat tinggal yang rusak bila dibandingkan dengan selamat datang.

 

Dan seperti manusia, mereka mengakhirinya dengan mudah, tanpa beban, seperti tidak berharga, padahal kesan itulah yang memberikan pelajaran yang sangat berharga yang bernama pengalaman. Dan sebagai hal pengingat, seperti semacam jasa dan keinginan untuk berterimakasih karena telah diberi pelajaran yang sangat berharga. Dan seringnya, yang manusia lupakan adalah kepergian itu, sehingga kenangan itu tidak ditutup dengan manis, dengan menjadi sebuah hal yang akan diingat selamanya. Karena yang tersisa dari sebuah awal dan akhir adalah kenangan. Pintu gerbang kepergian itu rusak, ucapan terimakasih itu rusak, dan hampir 1/3 pertemuan dari awal pertemuan akan jadi rusak.

 

Tapi akankah ada orang yang tahu, siapa yang merusakan gerbang itu? Atau menyia-nyiakannya dan menjadi tidak berguna?

 

***

Tidur pagi, kereta pagi, kelas pagi

 

17 Februari 2011

7:49

"Matahari bersinar cerah, seolah tersenyum senang. " sepetik kenangan dari sherina. Lagu yang dulu sangat terkenal dan mengena. Seperti mengingatkan masa lalu, seperti sesuatu.

Menghabiskan waktu sendirian, seperti orang bodoh. Berpikir keras mengenai sesuatu dan merasa nyaman di antara orang asing.

Tatapan senyum dari orang asing, adalah bagiku janji untuk bertemu dan berkata terimakasih esok hari.

Berpikir keras, mengasah otak, untuk tetap menjadi tajam, peka, keras, dan sadar akan kehidupan yang pasti keras. Sial. Hal-hal seperti ini membuat hatiku terasa terlalu tajam, dan akibatnya menilai terlalu kritis, kemudian terluka karena diri sendiri.

gambar


daku bercerita
terperangkap waktu senja
daku menderita
di atas bara senja
kalau daku menggambar
dia dan dunia diam.

bayangkanlah,
dalam satu ruang
hanya ada satu senja
hanya satu.