Delicious LinkedIn Facebook Twitter RSS Feed

sisa kenangan #3 "sekali saja"

hari ini hujan seharian. psikologisnya sudah lama ia buat tegak dan terjaga, tapi tetesan air hujan yang terus menerus memberikan logika baru padanya. miringlah otaknya. dan kembali hormon hormon sialan memenuhi dadanya. ia hampir meledak. pada saat yang sama saat kenangan memperkosa ia dengan sengaja. dan ia menyalahkan hujan, memberatkan semua dosa pada tetesan yang turun dengan kemurnian.

ia kembali merindu. merindu di saat yang tepat ketika ia menyiksa dirinya dengan cinta. saat ini ia rekatkan hatinya dengan tubuhnya. ia tahu ia akan kembali hancur berantakan dengan dirinya sendiri. sekali lagi ia mengutuk hujan yang datang seharian. ia hampir orgasme, dengan kepuasan atas sakit yang kenangan beri padanya. tidak akan pernah puas.

rindu ini, cinta yang ini, mendesaknya dalam kepuasan yang sangat-sangat menyakitkan. tapi ia ketagihan. air matanya meleleh pelan, ia pandangi wajahnya di cermin. tidak ada kepuasan yang harusnya ia lihat disana. malah banyak ada bekas luka yang tidak pernah bisa hilang, dan juga luka luka baru yang kelihatan masih sangat segar. dan yang lama? ia gosokan garam disana, agar ia selalu ingat kesakitan ini adalah kepuasannya. adalah penopang hidupnya.

jendela kamar suram itu hanya ada satu dan disana masih hujan.

ia masih belum orgasme tapi ia sudah hancur. meringkuk dalam di lantai dingin dan basah. lalu ia mulai menulis,


"kali ini aku hancur lagi. kali ini aku tidak bisa lagi mengatakan cintaku. kali ini kata-kataku abadi."



kertasnya ia balik, dan kembali menulis.


kumohon, kembalilah dan buktikan cintamu padaku sekali saja.



dan ia mati.



oh tidak, jantungnya berdetak, nafasnya berhembus, tapi hatinya mati. kali itu saja, ia kehilangan semangat dalam matanya dan terpekur . meyakini dirinya sendiri bahwa ia sudah mati.

sisa kenangan #3 "saat yang tepat"

aku menggunakan kacamata, meski mataku masih sehat yang justru membuatku tidak dapat melihat. aku mengenakan baju yang biasa saja. mengenakan celana jeans yang bersaku lebar. dan bersepatu. jujur, aku ingin membawa jaketku. tapi diluar sangat panas. jadi aku berangkat. kusisipkan kedua tanganku di kantong jeansku.

aku akan bertemu denganmu. karena itu aku bergaya seperti ini. dan ketika aku bertemu denganmu, kau bertanya satu hal padaku. "kenapa kamu datang dengan gaya seperti ini?"

aku hanya tersenyum, tapi pikiranku sudah siap menjawab.

aku mengenakan kacamata ini karena aku lelah terpaku oleh cahaya yang terpancar dari wajahmu. atau juga karena aku tak mau terlihat begitu mencintaimu.

kulapisi telingaku agar tak terbuai oleh manisnya suaramu. walau tak ada kata kata yang terpaut.

aku memakai baju ini untuk mencegah kulitku bergetar ketika kita bertemu.

aku memasukan tanganku ke kantong celanaku. karena jika ada kamu, tanganku tidak mau mematuhiku. atau ia akan membelaimu dengan halus bahkan tanpa kusadari.

sepatu ini akan berusaha menjauhkanmu dariku. dengan usahanya sendiri. atau sebaliknya berlari kearahmu.

aku melindungi diriku dari kamu. aku menjaga logikaku untukmu.

tapi aku tidak pernah bisa melindungi hatiku dari getaran cinta yang merasakan adanya kamu.

penetralan

netral itu sulit. sangat perih.
Berada di sisi tegak, tengah, tidak berarah.

netral itu pelarian.
Buatku, benar-benar lari, dan sangat memuakan.
Netral itu jahat. Netral itu tidak mungkin putih.

netral juga tidak mungkin hitam.
netral itu ya netral.
Penggambaranya tanpa ada.

netral ya netral. Netral itu tidak berani. Bukan takut. Bukan pilihan.
Netral itu tidak perih. Sakit. Tidak sakit.

netral itu bukan pilihan. Bi(a)sa netral?

pagi, sepi

seseorang terduduk terdiam,
hanya memandang,

mungkin mengharap meleleh.
mungkin.

bunga diatas meja, kering
biasnya matahari di jendela.

tetap terdiam.
menggeser kursinya, dibawah cahaya.
terpejam.
mengharap meleleh.

dilema

terlalu banyak merangkai kata
fisikku terluka parah
kekurangan asupan kalimat
hatiku berasa tamat.

sisa kenangan #1 "kalau misalnya"

Kalau misalnya, kita bertemu di suatu masa, tempat sunyi yang sepi, aku akan dengan tulus memintamu memelukku.

Aku saat ini kelelahan mengikuti bayanganmu. Dan obatnya, hanyalah ketenangan, meskipun semu, kenyataan bahwa kau ada untukku.

Kalau saja, kau dan aku bertemu lagi, misalnya saja dibawah sebuah pohon rindang yang membuat bau kita tak tercium dunia, aku ingin kau mendekapku, meski sekejap.

Aku pada waktu ini mengkhayal terlalu jauh, terlalu tinggi, sehingga dalam sekejap aku terjatuh tanpa tahu sampai kapan aku mencapai tanah yang nyata.

Kau mengerti? ini intinya adalah aku masih menginginkanmu, bahkan jika seluruh dunia melihat kita, mencaci, mencerca, aku akan ingat untuk tetap menjaga kita didalamnya.

Tapi lebih baik inginku jangan kau baca, jangan kau terka, karena saat itu, mungkin saja, aku masih tetap akan terus mencinta.