Delicious LinkedIn Facebook Twitter RSS Feed

pungguk yang mengerti bulan.


Kugaruk sebelah belakang kepalaku yang memang gatal. Sebentar lagi aku pasti mandi. Seluruh tubuhku sudah tidak nyaman. Tapi toh masih mending bila dibandingkan dengan perasaanku yang saat ini mulai merajut sendiri.
Malam ini, aku seakan menghadapi dunia dengan perspektif yang benar-benar berbeda. Kalau kata temanku, kenapa kita tidak bisa bilang tidak semudah ketika kita masih kecil dulu? Kalau kita tidak suka, maka kita akan bermain dengan yang kita sukai saja.
Sekarang mana bisa?

Orang dewasa yang aneh yang menyebutnya sebagai profesionalitas. Dan pembicaraanku melantur kemana-mana.

Oke. Saat ini aku seperti pungguk yang mengerti bahwa bulan itu akan ada untuknya, dan seribu orang lain didunia.
Dan daripada mengharapkan bulan untuknya sendiri, kenyataan bahwa kau tidak bisa memilikinya seutuhnya untukmu, itu jauh lebih menyakitkan. Pungguk itu bagaimanapun menSyukuri nasibnya yang memiliki sebagian dari bulan itu.

Tapi juga akan masih kesepian. Ia mengerti ia mendapatkan sebagian dan mengerti tidak pernah mendapatkan yang sebagian lagi.
Sebagian lagi itu tidak akan pernah cukup. Manusia. Sifat dasar manusia yang serakah. Itu sifat dasar, karena lebih banyak orang serakah daripada yang bijaksana dan berpikir logis.

Tapi karenanya, ada bagian-bagian yang tidak bisa ia harapkan. Sisi baiknya, ada hal yang tidak perlu diharapkan dan akan datang kepadanya pada waktunya. Pungguk percaya itu.
Kepercayaan itu diwujudkan dalam penantiannya.

Ketika penantiannya tidak hadir juga, ia masih akan tetap percaya. Sebagian yang bulan beri kepada pungguk, akan sampai padanya. Entah kapan.


Dan ini yang disebut sebuah proses baru dalam kehidupan.