Fanfiction
1st try.
Seorang polisi memandangi tkp tempat korban
terjatuh dari lantai 11. mengingat kembali kejadian ketika korban terjatuh.
Adakah yang luput dari pengamatannya? Woo hyun menyadari kejanggalan ketika
tidak ada seorang pun yang berhasil keluar dari gedung itu dan tidak tertangkap
oleh cctv. Kemudian ia menyadari lampu yang menyala di ruangan sebelah 1101.
Tunggu dulu. Mungkin pelakunya belum keluar. Mungkin pelakunya tidak pernah
keluar. Mungkin saja, ia masih ada didalam gedung.
Laki-laki berbadan tegap itu, sampai di
kamar 1102. tetangga dari korban pembunuhan di 1101. dia menekan bel. Perasaannya berat.
"kau
datang?" jawab laki-laki yang barusan membuka pintunya.
Laki-laki itu mengenakan jam tangan peta
dunia yang diberikannya dulu. Woo hyun kenal dengan laki-laki ini. Tolong
jangan dia. Laki-laki ini adalah orang yang tidak bisa ia tolak. Tidak pernah
bisa.
"Masuklah."
katanya lembut. Tersenyum dengan senyumnya yang paling indah.
Mata Woo hyun membulat. Hyoen min menarik
tangannya untuk mengajaknya masuk. Jo
Hyoen Min. laki-laki ini mencintainya sampai mati. Segala yang ia lakukan
adalah untuk kebaikan woo hyun. Sementara Woo hyun tidak tahan. Rindu yang
meluap, tidak membawa mereka 3 langkah dari pintu.
Woo hyun menarik tangan yang menggenggam
Hyoen min. menahannya dengan kuat di depan pintu. Ia tidak bisa menolaknya.
"kau
membunuhnya?" tanyanya terang-terangan.
Laki-laki dihadapannya sudah tidak berdaya.
Tubuhnya memang cukup atletis, tapi ia tidak akan melawan. Tidak didepan woo
hyun. Ia tersenyum lagi. Sedikit
menghela nafasnya. Menatap woo hyun dengan wajah penuh cinta. Perlahan
tangannya menggenggam lengan woo hyun yang kuat. Dan perlahan itu pula polisi
itu menurunkan lengan yang mencengkram Hyoen min.
"ya…"
dari balik kacamatanya, woo hyun yakin ia berkata jujur.
Saat woo hyun terpaku menatap hyoen min, ia
tidak sadar telapak tangan Hyoen min sudah menyentuh telinganya.
Menyapu sebagian rambutnya.
"kau
kenal aku. Ya kan?"
Kemudian, Woo hyun membungkam lawan
bicaranya dengan ciuman yang penuh gairah. Berhasrat. Tapi tidak menuntut.
Sementara hyoen min mencengkram erat jas kekasihnya. Woo hyun melepaskan
ciumannya. Membuka kacamata orang yang dicintainya. Kemudian mencium matanya.
Telinganya. Sampai ke hatinya.
"kau
bodoh. Kau kuat. Tapi kau bodoh. Tak tahukah kau?" katanya disela-sela
kesibukannya mengecup dan menandai
leher, cuping telinga, pipi, hingga kembali ke bibirnya.
Dengan gemetar, Hyoen min menarik dirinya
dari Woo hyun. Menatap kekasihnya dengan desahan karena kehabisan nafas, atau
mungkin karena darahnya mendidih oleh cumbuan Woo hyun. Lalu dengan berani menarik kemeja woo hyun
dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya ada di belakang kepala orang
yang dipujanya ini. Dengan lembut, ia mencium Woo hyun. Sangat lembut,
mengalirkan kasih yang tidak pernah habis. Dan dengan cara yang paling membuat Woo
hyun merasa dipuja.
Malam itu, woo hyun selesai dengan
penyelidikannya. Tapi ia membawa masalah baru untuk dirinya sendiri. Dengan
Hyoen min di belakangnya, ia tidak akan pernah takut. Tapi sekarang, ia punya
bisnis yang harus ia selesaikan. Kali ini, ada yang menunggunya, di tempat tidur
mewah itu, ia akan terlelap dengan seorang pembunuh. Mungkin besok pagi ia akan
merasa sangat bahagia.