Kugaruk
sebelah belakang kepalaku yang memang gatal. Sebentar lagi aku pasti mandi.
Seluruh tubuhku sudah tidak nyaman. Tapi toh masih mending bila dibandingkan
dengan perasaanku yang saat ini mulai merajut sendiri.
Malam ini,
aku seakan menghadapi dunia dengan perspektif yang benar-benar berbeda. Kalau
kata temanku, kenapa kita tidak bisa bilang tidak semudah ketika kita masih
kecil dulu? Kalau kita tidak suka, maka kita akan bermain dengan yang kita
sukai saja.
Sekarang
mana bisa?
Orang dewasa
yang aneh yang menyebutnya sebagai profesionalitas. Dan pembicaraanku melantur
kemana-mana.
Oke. Saat
ini aku seperti pungguk yang mengerti bahwa bulan itu akan ada untuknya, dan
seribu orang lain didunia.
Dan daripada
mengharapkan bulan untuknya sendiri, kenyataan bahwa kau tidak bisa memilikinya
seutuhnya untukmu, itu jauh lebih menyakitkan. Pungguk itu bagaimanapun
menSyukuri nasibnya yang memiliki sebagian dari bulan itu.
Tapi juga
akan masih kesepian. Ia mengerti ia mendapatkan sebagian dan mengerti tidak
pernah mendapatkan yang sebagian lagi.
Sebagian
lagi itu tidak akan pernah cukup. Manusia. Sifat dasar manusia yang serakah.
Itu sifat dasar, karena lebih banyak orang serakah daripada yang bijaksana dan
berpikir logis.
Tapi
karenanya, ada bagian-bagian yang tidak bisa ia harapkan. Sisi baiknya, ada hal
yang tidak perlu diharapkan dan akan datang kepadanya pada waktunya. Pungguk
percaya itu.
Kepercayaan
itu diwujudkan dalam penantiannya.
Ketika
penantiannya tidak hadir juga, ia masih akan tetap percaya. Sebagian yang bulan
beri kepada pungguk, akan sampai padanya. Entah kapan.
Dan ini yang
disebut sebuah proses baru dalam kehidupan.