Delicious LinkedIn Facebook Twitter RSS Feed

Ghost fanfiction


Fanfiction
1st try.



Seorang polisi memandangi tkp tempat korban terjatuh dari lantai 11. mengingat kembali kejadian ketika korban terjatuh. Adakah yang luput dari pengamatannya? Woo hyun menyadari kejanggalan ketika tidak ada seorang pun yang berhasil keluar dari gedung itu dan tidak tertangkap oleh cctv. Kemudian ia menyadari lampu yang menyala di ruangan sebelah 1101. Tunggu dulu. Mungkin pelakunya belum keluar. Mungkin pelakunya tidak pernah keluar. Mungkin saja, ia masih ada didalam gedung.

Laki-laki berbadan tegap itu, sampai di kamar 1102. tetangga dari korban pembunuhan di 1101. dia menekan bel.  Perasaannya berat.

"kau datang?" jawab laki-laki yang barusan membuka pintunya.

Laki-laki itu mengenakan jam tangan peta dunia yang diberikannya dulu. Woo hyun kenal dengan laki-laki ini. Tolong jangan dia. Laki-laki ini adalah orang yang tidak bisa ia tolak. Tidak pernah bisa.

"Masuklah." katanya lembut. Tersenyum dengan senyumnya yang paling indah.

Mata Woo hyun membulat. Hyoen min menarik tangannya untuk mengajaknya masuk.  Jo Hyoen Min. laki-laki ini mencintainya sampai mati. Segala yang ia lakukan adalah untuk kebaikan woo hyun. Sementara Woo hyun tidak tahan. Rindu yang meluap, tidak membawa mereka 3 langkah dari pintu.

Woo hyun menarik tangan yang menggenggam Hyoen min. menahannya dengan kuat di depan pintu. Ia tidak bisa menolaknya.

"kau membunuhnya?" tanyanya terang-terangan.

Laki-laki dihadapannya sudah tidak berdaya. Tubuhnya memang cukup atletis, tapi ia tidak akan melawan. Tidak didepan woo hyun.  Ia tersenyum lagi. Sedikit menghela nafasnya. Menatap woo hyun dengan wajah penuh cinta. Perlahan tangannya menggenggam lengan woo hyun yang kuat. Dan perlahan itu pula polisi itu menurunkan lengan yang mencengkram Hyoen min.

"ya…" dari balik kacamatanya, woo hyun yakin ia berkata jujur.

Saat woo hyun terpaku menatap hyoen min, ia tidak sadar telapak tangan Hyoen min sudah menyentuh  telinganya.  Menyapu sebagian rambutnya.

"kau kenal aku. Ya kan?"

Kemudian, Woo hyun membungkam lawan bicaranya dengan ciuman yang penuh gairah. Berhasrat. Tapi tidak menuntut. Sementara hyoen min mencengkram erat jas kekasihnya. Woo hyun melepaskan ciumannya. Membuka kacamata orang yang dicintainya. Kemudian mencium matanya. Telinganya. Sampai ke hatinya.

"kau bodoh. Kau kuat. Tapi kau bodoh. Tak tahukah kau?" katanya disela-sela kesibukannya mengecup dan menandai  leher, cuping telinga, pipi, hingga kembali ke bibirnya.

Dengan gemetar, Hyoen min menarik dirinya dari Woo hyun. Menatap kekasihnya dengan desahan karena kehabisan nafas, atau mungkin karena darahnya mendidih oleh cumbuan Woo hyun.  Lalu dengan berani menarik kemeja woo hyun dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya ada di belakang kepala orang yang dipujanya ini. Dengan lembut, ia mencium Woo hyun. Sangat lembut, mengalirkan kasih yang tidak pernah habis. Dan dengan cara yang paling membuat Woo hyun merasa dipuja.

Malam itu, woo hyun selesai dengan penyelidikannya. Tapi ia membawa masalah baru untuk dirinya sendiri. Dengan Hyoen min di belakangnya, ia tidak akan pernah takut. Tapi sekarang, ia punya bisnis yang harus ia selesaikan. Kali ini, ada yang menunggunya, di tempat tidur mewah itu, ia akan terlelap dengan seorang pembunuh. Mungkin besok pagi ia akan merasa sangat bahagia.




0 comments:

Post a Comment